a girl with a thousands dream called Hani. knows me? talk to me first. it's okay, i'm not going to bite you. ( more..? )
flavors . facebook . twitter . tumblr

Exchange Link Open ask me @ tagboard.

[+] Follow Affies

Posted on: Sunday, September 9, 2012 @ 7:37 AM | 0 comment(s)
[Puisi] Sajak untuk Sahabat.

Untuk sahabat.
Kau tahu?
Aku memang tak terlihat perhatian padamu.
Tak terlihat menyayangimu.
Sebenernya, kau tak perlu tahu untuk itu.
Yang perlu kau tahu, aku selalu ada untukmu,
disetiap waktu, disetiap harimu.
Anggap saja aku bayanganmu,
yang selalu mengikuti langkahmu, kemana dirimu pergi.

Senyum manis selaksa matahari itu,
kau tahu? itu penyemangatku.
Saat aku lemas terkulai, tak tahan akan kejamnya dunia
kau bisikan kata tanda kau peduli.
Dan di saat itu juga, aku meneteskan air mata.

Kuharap, ini tetap terjalin.
Sampai dewasa nanti.
Sampai kelak cita-cita kita kan terwujud.

Labels:

@ 7:08 AM | 0 comment(s)
[Tips] Merawat Wajah Berdasarkan Jenis Kulit.

Kunci dalam merawat wajah adalah dengan mengenal jenis kulit wajah Anda. Dengan mengenali kulit wajah, Anda bisa menentukan langkah apa yang harus diambil untuk membuat wajah tampak lebih cantik. Lalu apa saja macam-macam jenis kulit? Tipe kulit wajah sendiri terbagi menjadi 4 macam, yaitu kulit wajah normal, kulit wajah kering, kulit wajah berminyak, dan kulit wajah sensitif.


Tipe Kulit Normal

Bila Anda memiliki jenis kulit wajah normal, maka Anda cukup beruntung karena Anda tidak akan terlalu kesulitan dalam melakukanperawatan wajah. Dibandingkan dengan jenis kulit yang lain, kulit wajah normal memiliki sedikit masalah. Berikut tips-tips merawat wajah dengan tipe kulit normal yang bisa diaplikasikan di rumah.
  • Kulit normal kebanyakan akan cocok dengan produk kecantikan atau kosmetik apapun. Walau begitu, hindari bergonta-gantikosmetik karena hal itu bisa saja membuat kulit wajah menjadi iritasi.
  • Gunakan masker wajah. Anda bisa membeli produk masker yang sudah banyak beredar di pasaran ataupun membuat masker alami. Misalnya masker buah-buahan seperti alpukat, mentimun, dan tomat, ataupun masker madu. Pembuatan masker inipun cukup mudah, tinggal hancurkan buah-buahan, tambahkan sedikit minyak zaitun, lalu oleskan pada wajah. Diamkan selama sekitar 10-15 menit, lalu bilas dengan air hangat.
  • Walau kulit normal jarang memiliki masalah, jangan malas untuk mencuci muka. Cuci muka sebaiknya dilakukan sebelum maupun sesudah bangun tidur dan juga sehabis beraktivitas.
Read more »

Labels:

@ 6:55 AM | 0 comment(s)
[Puisi] Aku dan Kamu

Aku masih ingat
Masa putih abu-abu kita berdua benar benar manis
Aku masih simpan pena tanda cinta kita
Sungai yang mengalir panjang itu
Kujadikan tanda cintaku padamu
Hingga air sungai itu tak mau mengalir lagi

Maaf, aku tlah tinggalkanmu
Keterus berdoa disucinya sajadah ini
Untukmu, yang terbaik.

Labels:

Posted on: Saturday, September 8, 2012 @ 3:36 AM | 0 comment(s)
[Cerpen] Sang Malaikat.


Aku berjalan di keheningan malam. Disaat dinginnya malam menusuk tulang, aku tetap terus berjalan sambil berharap bahwa besok lebih baik dari hari ini. Huft, hari ini amat sulit. Aku kena marah boss-ku karena hasil kerjaku yang tidak baik-bisa dibilang kurang memuaskan. Aku telat pergi ke kedai untuk menyelesaikan pekerjaanku yang lain, bukan sapaan selamat siang yang kuterima justru malah sebuah hinaan karena aku telat datang ke kedai. Yah, mau bagaimana lagi. Ini semua salahku.
Tiba-tiba seseorang menepuk bahuku. Tampan, tinggi, penuh wibawa. Tapi...mengapa malam-malam begini ia disini? Apa jangan-jangan dia orang yang jahat yang akan.....tidak. Jangan berprasangka buruk dulu sebelum kau mengetahuinya. Tetapi dia belum juga memulai pembicaraan. “Siapa kau? Mm, mengapa kau malam-malam berada disini?” tanyaku. “Aku hanya ingin menemanimu, tidak pantas jika wanita berjala sendiri ditengah malam.” Jawabnya. “Kau tidak perlu menemaniku, aku sudah terbiasa.” Ujarku. “Aku diutus untuk menjagamu.” Dia kembali menjawab. Apa? Menjagaku? Apa maksud kata-katanya?
Seketika, setelah lelaki itu menepuk bahuku, aku tak lagi merasakan dingin itu. Dingin yang menusuk tulang. Aku merasa hangat. Dia bertanya, “sudahkah kau merasa hangat?”. Aku terdiam. Mengapa dia bertanya seperti itu? Apakah dia bisa membaca pikiranku? Ah tidak mungkin. Aku menoleh padanya, aku sedikit mengangkat kepala keatas untuk dapat melihatnya dengan lebih jelas. Dia tersenyum. Senyum yang sangat manis. Aku tetap terdiam dan memilih tak menjawab pertanyaan itu. Tak terasa, aku sudah sampai dirumah. “Pulanglah. Apa kau mau tinggal disini hah?” tanyaku. “Ya. Aku ingin tinggal bersamamu. Bolehkah?”. “Tapi, aku perempuan, dan kau..” jawabku ragu. “Ah tidak tidak. Aku tidak akan melakukan apapun. Aku tidak akan menyentuhmu. Aku bisa tidur dimana saja, dan yang jelas, aku tidak merepotkan.” Candanya sambil tersenyum. Aku terdiam. “Emm, baiklah. Berjanjilah padaku jika kau tidak akan melakukan apapun. Janji?”. “Aku berjanji” ucapnya. Aku membawanya masuk ke dalam rumah.
Read more »

Labels:

Posted on: Friday, September 7, 2012 @ 5:52 AM | 0 comment(s)
[Cerpen] Haneul.


Bentangkan sayapmu selebar dan sekuat elang. Terbang dengan bebas sampai kau meraih bulan, dan teruslah bersinar dalam kehangatan seperti matahari pagi. Kau sanggup?
***
PLETAK!
“Auw!” aku terduduk sambil memegangi kepalaku yang sudah terancam kemulusannya karena terus menerus di lempari kapur. “Maafkan saya,” kataku sambil sedikit membungkuk pada guru Hwang yang menatapku dengan pandangan pasrah. Guru muda itu menghela nafas berat sambil sesekali menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Lakukan sesukamu Oh Sehun!” sentak guru muda itu lalu kembali menghadap papan tulis sambil sesekali membetulkan grafik sin cos-yang sama sekali tidak aku pahami-yang dibuatnya, dan menerangkan materi vektor kepada kami.
Bukan aku yang salah. Aku memang tidak suka Fisika.
Aku menatap kasihan guru Hwang, lalu kembali melipat kedua lenganku di atas meja. Bermaksud untuk kembali tidur sampai tiba-tiba ada yang mencubit pinggangku kuat. Membuatku mengaduh tertahan sambil sesekali melirik ke arah guru Hwang yang tampak tidak peduli.
“Jangan tidur lagi!” desis suara di sebelahku.
Aku menoleh sambil memasang muka paling mengantuk yang kupunya. “Tapi Haneul-ah-“
“Perhatikan! Kasihan guru Hwang. Jangan tidur saja!” Haneul memotong perkataanku.
Aku meniup poniku dengan gaya yang biasa Haneul lakukan, lalu menghadap kedepan. Mencoba menahan rasa kantuk agar tidak kembali menerima cubitan keramat Haneul.
Aku menguap lebar. Mengambil kesempatan untuk sebentar saja menutup mataku yang sudah kehilangan daya. Aku melirik ke arah Haneul yang sibuk mencatat sesuatu di buku misterius yang tidak pernah di perlihatkannya kepada siapapun. Termasuk aku. Sahabat sehidup sematinya sendiri.
Kenapa kusebut sehidup semati?
Kami lahir di tanggal, bulan, dan tahun yang sama. Hanya mungkin jamnya saja yang berbeda. Aku sudah mengenalnya bahkan ketika aku masih dalam kandungan ibuku. Haneul pernah bergurau padaku tentang ia dan aku yang mengadakan interaksi rahasia di dalam rahim ibu kami masing-masing untuk lahir di tanggal dan bulan yang sama.
Dulu aku percaya. Dan sekarang aku merasa bodoh. Sungguh. Aku dibodohi anak perempuan macam dia.
Tapi intinya, dalam konteks ini kami sehidup.
Yang kedua, kenapa aku bilang semati?
Kami hampir mati di serempet truk tronton besar ketika berjalan bedua. Tepatnya, kami hampir semati. Kalau saat itu aku benar-benar habis terlindas, kata semati itu mungkin saja terwujud. Dan aku, dengan pemikiran anak ingusanku saat itu, akan sangat merasa bangga.
Aku dan Haneul busa dibilang tumbuh bersama. Aku tidak main-main. Kami memang tumbuh bersama. Aku tidak pernah berpisah bangku dengan Haneul sejak playgroup. Itu artinya, aku dan Haneul selalu satu sekolah. Bukan. Kami bukan anti-sosial atau apa. Tapi takdir yang sepertinya ingin sekali kami berdua menjadi remaja culun anti-sosial yang alergi luar.
Tapi kuakui penampilanku memang seperti remaja alergi luar yang kekurangan asupan sinar matahari. Kulit tubuhku pucat, dan sebanyak apapun aku berjemur dibawah terik matahari walaupun dengan tubuh telanjang sekalipun, warnanya akan tetap sama. Pucat yang agak tidak manusiawi.
Tapi aku bangga (baik dengan pemikiran anak ingusanku, atau pemikiran remajaku sekarang ini). Nama asliku bisa saja Sehun Cullen.
Berbeda dengan Haneul. Kulit Haneul putih susu, tapi anehnya sama sekali tidak pucat. Kulitnya berseri dan merona. Manusiawi sekali. Sama sekali tidak mirip Cullen.
Aku seharusnya bisa menganggap ini kelebihanku dibandingkan Haneul. Tapi sayangnya, aku hidup pada zaman di mana vampire hanya ada dalam film-film fantasi yang bercampur dengan cinta segitiga penyentuh hati masa kini.
Jadi, akulah yang aneh.
Aku menatap Haneul dengan ekor mataku, sambil tetap duduk tegak. Berpikir betapa beruntungnya aku mempunyai sahabat seperti Haneul.
Gadis penyuka langit itu, selalu, dan akan selamanya berarti bagiku.
***
Read more »

Labels:

Back to top


Copyright ©. Layout by SekarYoshioka. Header : Pixiv and edited by SekarYoshioka. Please view it with Google Chrome 1024*768. All rights reserved.